Breaking News

Kamis, 12 November 2020

Membangun Mesjid Dengan Genggaman Beras

 Mungkinkah membangun mesjid dengan segenggam beras?

Foto dari Google Maps


Mesjid yang dibangun sekitar tahun tujuh puluhan yang diberinama Baiturrahim, berada di Desa Alue Merbau Langsa Lama Kota Langsa.

Sebuah desa yang mayoritas Penduduknya adalah berasal dari Mandailing tepatnya Tapanuli Selatan. Sebelum desa ini berdiri awalnya di sekitaran desa ini adalah hutan belantara yang dipenuhi pohon Merbau. Setelah mulai ramai penduduk desa ini mulai dilakukan pembukaan lahan hutan merbau yang pohon-pohon tersebut di potong agar bagian tanah yang agak rata dijadikan persawahan oleh warga. 

Kawasan yang sudah menjadi persawahan mulai ditanami dengan padi tahunan yang ukurannya setinggi badan orang dewasa. Padi ini disemai dengan tiga tahap, pertama bibit di tabur langsung ditanah sawah yang agak dangkal, lalu setelah bibit kira2 satu hasta ditanam ke tanah yang agak dalam dengan volume seukuran 1 genggam orang dewasa (kronob istilah Mandailing), setelah mencapai sekitar 90 cm, maka dicabut dan ditanam kembali perbatang dengan menggunakan kuku kambing (tongkat besi yang berbentuk ujungnya seperti kuku kambing). Cara tanam ini dengan mengaitkan bibit pada kuku kambing tersebut, lalu ditancapkan ke tanah karena pada masa itu persawahan disana airnya terlalu dalam ada yang sampai sepinggang orang dewasa. 

Dengan kondisi tersebut pada masa itu banyak warga yang memanen ikan air tawar terutama ikan sepat, sampai-sampai ikannya dijemur untuk dikirem ke luar kota. Sehingga pemandangan yang menarik warga menjemur ikan tersebut di pinggir jalan raya.

Lama kelamaan kawasan persawahan semakin luas. Pada masa itu padi dipanen dengan mengetam yaitu hanya memotong tangkai padinya dengan ketam. Sering kegiatan panen ini dilakukan dengan bergotong royong. Untuk merontokkan biji padinya dilakukan dengan menginjak pake kaki dengan bayaran bila baru-baru panen, sepuluh ikat biji padi bayaran satu ikat untuk yang merontokkan, sedangkan bila sudah rame yang panen maka bayarannya dua puluh ikat dibayar dengan tiga ikat biji padi.

Karena kegigihan masyarakat yang pada umumnya adalah petani maka desa ini pernah mendapat julukan desa lumbung beras. Alhamdulillah di sini masih banyak kawsan persawahan yang digarap.

Kerana di awal pembukaan kawasan desa ini dari hutan pohon merbau, menjadi cikal bakal pemberian nama desa ini yaitu Alue Merbau (sungai pohon merbau). Sehingga dalam beberapa bulan lalu banyak juga warga menemukan kayu bekas dari pemotongan pohon merbau salah satu kayu yang kuat untuk pembuatan perabot dan digunakan dalam pembuatan rumah.

Foto dari Google Maps


Pada masa itu warga Alue Merbau berniat untuk membangun sebuah mesjid agar memudahkan mereka untuk melakukan shalat, terutama shalat Jum'at. Dari hasil rapat tokoh-tokoh masyarakat mempunyai ide untuk mengumpulkan bantuan warga untuk membangun sebuah mesjid. Salah satu ide yang cemerlang adalah adanya istilah satu genggaman, yaitu setiap hari Jum'at warga menyumbang satu genggam beras setiap satu pekannya. Setiap hari Jum'at ada petugas yang mengutipnya, bila pemilik rumah akan melakukan aktifitas diluar maka beras genggaman itu sudah gantung di depan pintu rumah agar mudah bagi petugas untuk mengumpulkanya.

Sehingga Alhamdulillah dengan adanya program ini mesjid yang direncakan dapat dibangun dan dirampungkan dengan bantuan dari berbagai lapisan masyarakat.

Foto dari Google Maps


Di awal tahun 2019, Mesjid ini berencana  melakukan renovasi dengan membutuhkan dana sekitar 2,5 milyar. Oleh karena dana masih minim kegitan ini belom dapat dimulai, karena selama ini hanya mengandalkan sumbangan dari masyarakat pada panen padi tahunan.


Bila ada yang ingin menyampaikan wakaf atau sedekah renovasi boleh melalui:

No rek: 65002400009142

BANK ACEH KCP T. UMAR LANGSA

Nama: Panitia Renovasi Mesjid Baiturrahim


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog